Pada tulisan saya sebelumnya, yaitu Dari Mana Asal Alam Semesta?Telah saya jelaskan tentang big bang. Bila Anda belum familiar dengan istilah big bang, ada baiknya Anda membaca terlebih dahulu artikel tersebut. 

Dalam bahasa Indonesia, big bang dapat diartikan sebagai dentuman besar. Istilah ini telah melekat dalam masyarakat, baik para awam maupun para ilmuwan. Akan tetapi, jika kita memikirkan lagi apa sebenarnya big bang itu, kita akan sadar bahwa nama “big bang” adalah nama yang keliru. Nama ini tidak menggambarkan kejadian permulaan alam semesta secara benar.

Lantas, apakah kekeliruan itu?

Pertama. Alam semesta ini lahir (bermula) dari suatu titik bermassa super besar yang sangat mampat. Volumenya super kecil, nyaris nol. Titik ini diistilahkan oleh para fisikawan sebagai titik singularitas. Nah, karena volumenya sangat kecil, maka nama “big” (besar) tentu tidak tepat digunakan.

Kedua. Pada kelahiran alam semesta, semua bahan pembentuk alam semesta masih berupa energi yang termampatkan dalam titik singularitas. Pada saat itu materi belum terbentuk, termasuk udara. Nah, suara merupakan gelombang yang merambat melalui udara. Jadi, karena tidak ada udara pada kelahiran alam semesta, maka tentu tidak ada pula suara dentuman dari ledakan yang terjadi. Semuanya terjadi dalam keheningan. Oleh sebab itu, nama “bang” (dentuman) tidak tepat untuk digunakan.

Nama big bang disematkan pada proses kelahiran alam semesta semata-mata didasarkan pada kesan ledakan yang terjadi. Dalam perspektif masyarakat modern, yang namanya ledakan pasti ada suaranya (dentumannya). Dan, karena ledakan tersebut merupakan kelahiran seluruh alam semesta, kita mengasumsikannya sebagai ledakan yang besar.

Bagaimanapun, nama yang salah kaprah ini tetap dipakai hingga sekarang karena telah terlanjur melekat.

*******
Ditulis Oleh Doni Aris Yudono

Sumber Gambar: